Kamis, 17 Maret 2011

Pengertian Dan Ruang Lingkup Perkotaan

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
         Begitu banyak bayangan kita tantang kota yang tanpa ada batasan yang jelas, yang mana dalam bayangan kita ketika ada istilah kota, maka yang kita bayangkan adalah sebuah wilayah yang selalu sibuk dengan segala aktivitasnya. Dan kota selalu di pandang sebagai pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, dan pusat pemerintahan. Namun , berdasarkan sejarahnya perkembangan kota itu berasal dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana. Begitupun pula mengenai ruang lingkupnya . pasti ada batasan –batasan konkritnya juga.
         Maka untuk itu dalam makalah ini kami mencoba memaparkan pengertian kota menurut para ahlinya. Supaya nanti bisa di gunakan pembanding dalam mencermati setiap keadaan lingkungan kita.

B.     Rumusan Masalah
         Berangkat dari latar belakang yang sudah dipaparkan tadi, penulis ingin memberikan rumusan masalah diantaranya sebagai berikut :
1.                              Bagaimana pengertian kota secara konkrit ?
2.                              Bagaimana pengertian kota menurut para ahli ?
3.                              Apa saja  yang termasuk ruang lingkup dari kota ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.          Pengertian sosiologi perkotaan
Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan.[1]
B.           Pengertian kota menurut para ahli
1.      Max Weber berpendapar bahwa “suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu. Jadi menurut Max Weber, ciri kota adalah adanya pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai sistem hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan.
2.      Cristaller dengan “central place theory”-nya menyatakan kota berfungsi menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Jadi menurut teori ini, kota diartikan sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat tergantung kepada seberapa jauh daerah-daerah sekitar kota memanfaatkan penyediaan jasa-jasa kota itu. Dari pandangan ini kemudian kota-kota tersusun dalam suatu hirarki berbagai jenis.
3.      Sjoberg berpendapat bahwa , sebagai titik awal gejala kota adalah timbulnya golongan literati (golongan intelegensia kuno seperti pujangga, sastrawan dan ahli-ahli keagamaan), atau berbagai kelompok spesialis yang berpendidikan dan nonagraris, sehingga muncul pembagian kerja tertentu. Pembagian kerja ini merupakan cir-kota.
4.      Wirth, mendifinisikan kota sebagai “pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation)
5.      Karl Marx dan F.Engels memandang kota sebagai “persekutuan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat –alat yang diperlukan agar anggota masing-masing dapat mempertahankan diri”. Perbedaan antara kota dan pedesaan menurut mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi.
6.      Harris dan Ullman , berpendapat bahwa kota merupakan pusat pemukiman dan pemabfaatan bumi oleh manusia. Kota-kota sekaligus merupakan paradoks. Pertumbuhannya yang cepat dan luasnya kota-kota menunjukkan keunggulan dalam mengeksploitasi bumi, tetapi di pihak lain juga berakibta munculnya lingkungan yang miskin bagi manusia. Yang perlu diperhatikan, menurut Harris dan Ullman adalah bagaimana membangun kota di masa depan agar keuntungan dari konsentrasi pemikiman tidak mendatangkan kerugian atau paling tidak kerugian dapat diperkecil.
7.      Menurut ahli geografi indonesia yakni Prof.Bintarto, (1984:36) sebagai berikut :kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.”
8.      Menurut Arnold Tonybee, sebuah kota tidak hanya merupakan pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap kota menunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing.[2]

BAB III
RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PERKOTAAN


Ruang lingkup dalam sosiologi perkotaan adalah mengenai kehidupan serta aktivitas masyarakat kota.

A.  Pengertian masyarakat perkotaan [3]
Masyarakat perkotaan yang mana kita ketahui itu selalu identik dengan sifat yang individual, matrealistis, penuh kemewahan,di kelilingi gedung-gedung yang menjulang tinggi, perkantoran yang mewah, dan pabrik-pabrik yang besar.
Asumsi kita tentang kota adalah tempat kesuksesan seseorang.
Masyarakat  perkotaan lebih dipahami sebagai kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan ciri-ciri kehidupannya berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Akan tetapi kenyataannya di perkotaan juga masih banyak terdapat beberapa kelompok pekerja-pekerja di sektor informal, misalnya tukang becak, tukang sapu jalanan, pemulung sampai pengemis. Dan bila kita telusuri masih banyak juga terdapat perkampungan-perkampungan kumuh tidak layak huni.

B.  Kehidupan Masyarakat perkotaan [4]
Secara sosiologis penekanannya pada kesatuan masyarakat industri, bisnis, dan  wirausaha lainnya dalam struktur yang lebih kompleks.
Secara fisik  kota dinampakkan dengan adanya gedung-gedung yang menjulang tinggi, hiruk pikuknya kendaraan , pabrik, kemacetan, kesibukan warga masyarakatnya, persaingan yang tinggi, polusinya, dan sebagainya.
Masyarakat di perkotaan secara sosial kehidupannya cendrung heterogen,individual,persaingan yang tinggi yang sering kali menimbulkan pertentangan atau konflik.  Munculnya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa masyarakat kota itu pintar, tidak mudah tertipu,cekatan dalam berpikir,dan bertindak, dan mudah menerima perubahan , itu tidak selamanya benar, karena secara implisit dibalik semua itu masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah standar kehidupan sosial. Dan tidak selamanya pula masyarakat kota dikatakan sebagai masyarakat yang modern. Karena yang di maksud sebagai masyarakat yang modern dalam bahasan ini adalah kelompok masyarakat yang berada di daerah keramaian dan lebih mudah mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan masyarakt perkotaan. Sedangkan dewasa ini masih ada masyarakatnya yang tertinggal , termasuk masalah informasi dan tekhnologi.
Untuk memahami secara rinci mengenai kehidupan masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut :
  1. lingkungan umum dan orientasi terhadap alam,
Bagi masyarakat kota cendrung mengabaikan kepercayaan yang berkaitan dengan kekuatan alam serta pola hidupnya lebih mendasarkan pada rasionalnya.
Dan bila dilihat dari mata pencahariannya masyarakat kota tidak bergantung  pada kekuatan alam, melainkan bergantung pada tingkat kemampuannya (capablelitas) untuk bersaing dalam dunia usaha. Gejala alam itu bisa dipahami secara ilmiah dan secara rasional dapat dikendalikan.
  1. Pekerjaan atau mata pencaharian,
Kebanyakan masyarakatnya bergantung pada pola industri (kapitalis)
Bentuk mata pencaharian yang primer seperti sebagai pengusaha, pedagang, dan buruh industri. Namun ada sekelompok masyarakat yang bekerja pada sektor informal misalnya pemulung, pengemis dan pengamen. Selain yang disebutkan di atas termasuk bentuk mata pencaharian sekunder.
  1. Ukuran komunitas,
Umumnya masyarakat perkotaan lebih heterogen dibandingkan masyarakat pedesaan. Karena mayoritas masyarakatnya berasal dari sosiokultural yang berbeda-beda , dan masing-masing dari mereka mempunyai tujuan yang bermacam-macam pula.dantaranya ada yang mencari pekerjaan atau ada yang menempuh pendidikan. Jumlah penduduknya masih relatif besar.
  1. Kepadatan penduduk,
tingkat kepadatan di kota lebih tinggi bila dibandingkan di desa, hal ini disebabkan oleh kebanyakan penduduk di daerah perkotaan awalnya dari berbagai daerah.
  1. Homogenitas dan heterogenitas,
Dalam struktur masyarakat perkotaan yang sering sekali nampak adalah heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, psikologis, agama, dan kepercayaan, adat istiadat dan perilakunya. Dengan demikian struktur masyarakat perkotaan sering mengalami interseksi sosial, mobilitas sosial, dan dinamika sosial.
  1. Diferensiasi sosial
Di daerah perkotaan , diferensiasi sosial relatif tinggi, sebab tingkat perbedaan agama, adat istiadat, bahasa, dan sosiokultural yang dibawa oleh para pendatang dari berbagai daerah, cukup tinggi.
  1. Pelapisan sosial
Lapisan sosialnya lebih didominasi oleh perbedaan status dan peranan di dalam struktur masyarakatnya. Di dalam struktur masyarakat modern lebih menghargai prestasi daripada keturunan.
  1. Mobilitas sosial
Mobilitas pada masyarakat perkotaan lebih dinamis daripada masyarakat pedesaan. Kenyataan itu adalah sebuah kewajaran sebab perputaran uang lebih banyak terjadi di daerah perkotaan daripada di pedesaan.
  1. Interaksi sosial
Dalam interaksi pada masyarakat perkotaan lebih kita kenal dengan yang namanya gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Yang mana ada hubungan timbal balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Sehingga hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja.
  1. Pengawasan sosial
Dikarenakan masyarakatnya yang kurang saling mengenal satu sama lain dan juga luasnya wilayah kultural perkotaan di tambah lagi keheterigenitasan masyarakatnya yang membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol.
  1. Pola kepemimpinan
Kepemimpinanya didasarkan pada pertanggung jawaban secara rasional atas dasar moral dan hukum. Dengan demikian hubungan antar pemimpin dan warga masyarakatnya berorientasi pada hubungan formalitas.
  1. Standar kehidupan
Standar kehidupannya di ukur dari barang-barang yang dianggap punya nilai (harta benda). Mereka lebih mengenal deposito atau tabungan. Karena menurut mereka menyimpan uang dalam bentuk deposito dianggap lebih praktis dan mudah. Ditambah lagi kepemilikan barang-barang mewah lainnya.
  1. Kesetiakawanan sosial
Ikatan solidaritas sosial dan kesetiakawanan lebih renggang. Artinya , pola hubungan untung rugi lebih dominan daripada kepentingan solidaritas dan kesetiakawanan.
  1. Nilai dan sistem nilai
Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat perkotaan lebih bersifat formal, didasarkan pada aturan-aturan yang resmi seperti hukum dan perundang-undangan. [5]
C.  Keruangan kota jika dilihat dari beberapa aspek
Dalam konteks ruang kota merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri, karena secara internal kota merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional di dalamnya, sementara secara eksternal kota dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Kota ditinjau dari aspek fisik merupakan kawasan terbangun yang terletak saling berdekatan atau terkonsentrasi , yang meluas dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran atau wilayah geografis yang dominan oleh struktur binaan.
Kota di tinjau dari aspek sosial merupakan konsentrasi penduduk yang membentuk satu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja.
Kota ditinjau dari aspek ekonomi memiliki fungsi sebagai penghasil produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk keberlangsungan kota itu sendiri.
Di indonesia kawasan perkotaan di bedakan berdasarkan strata administrasinya yakni : (1) kawasan perkotaan berstatus administratif daerah kota (2) kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari daerah kabupaten (3) kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan , dan (4) kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan.[6]

BAB IV
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Berdasarkan analisis makalah diatas  bisa kami tarik kesimpulan bahwa pengertian kota itu sangat variatif atau berbeda-beda tergantung melihatnya dari segi apanya, seperti yang sudah dipaparkan oleh para ahlinya di atas. Yang mana dalam kajian sosiologi perkotaan ini khususnya pembahasan ruang lingkupnya yaitu yang tidak jauh dari konteks masyarakat karena sosiologi selalu terkait dengan masyarakat. Maka ruang lingkup dari sosiologi perkotaan adalah mengenai kehidupan dan aktivitas masyarakat perkotaan itu sendiri.
Dan secara garis besar bahwa masyarakat perkotaan itu sifatnya cendrung individualis dan matrealistis juga serba kemewahan itu adalah masih asumsi masyarakat kebanyakan namun realitanya dalam masyarakat perkotaan masih saja terdapat mayatrakat yang standar hidupnya di bawah standar sosial pada umumnya masyarakat kota kebanyakan. Mereka yang seperti itu karena tidak mempunyai kemampuan atau capablelitas dalam dunia usaha karena di kota aspekitulah yang sangan di hargai.
Dan kehidupan masyarakat kota bisa diuraikan dari segi lingkungan umum dan orientasinya,pekerjaan dan mata pencaharian,ukuran komunitas,kepadatan penduduk,homogenitas dan heterogenitas,deferensiasi sosial,pelapisan sosial,mobilitas sosial,interaksi sosial,pengawasan sosial,pola kepemimpinan,standar kehidupn,kesetiakawanan, nilai dan sistem nilai.

B.     Saran
Sebaiknya dlam mendalami sosiologi perkotaan yang pertama harus mengetahui dulu pengertian kota, dan juga aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, agar untuk pembelajaran kedepannya bisa sepenuhnya dipahami



DAFTAR PUTAKA
Setiadi, Elly M-Usman Kolip,pengantar sosiologi, Jakarta.Kencana Prenada Media Group.2011
Asy’ari, Sapari Imam, Sosiologi Perkotaan Dan Pedesaan, Drs.Surabaya, Usaha Nasional.1993
http://saouni word press.com/2010/11/09 masyarakat-pedesaan-dan masyarakat-perkotaan/
http:// ayuy-ayuy.blogspot.com/2010/11/tugas-isd-7-22 Html




[1] http:// saouni word press.com/2010/11/09 masyarakat-pedesaan-dan-masyarakat perkotaan/
[2] Drs.Sapari Imam Asy’ari.Sosiologi  Kota dan Desa. Hal:18
[3] Elly M.Setiadi-Usman Kolip.Pengantar Sosiologi.hal :852
[4]  Ibid.hal :856
[5]  Ibid. hal :858
[6] http:// ayuy-ayuy. Blogspot.com/2010/11/tugas-isd-7-22html 

Rabu, 16 Maret 2011

Hubungan Mengikuti Organisasi Dengan Indeks Prestasi Mahasiswa

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam dunia kampus mahasiswa dituntut untuk saling bersaing atau berkompetisi dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan, yang dalam ini sebagai tolak ukurrnya adalah indeks prestasi. Di bangku kuliah ini sering kita temui materi - materi perkuliahan yang belum kita pahami saat belajar, bahkan terkadang ada beberapa dosen yang kurang berkompeten dalam bidang yang harus diajarkan, hal yang tidak kalah pentingnya ialah waktu belajar di kelas yang terbatas.
Dari beberapa faktor diatas tidak lain ialah merupakan faktor penghambat kita dalam menyerap pengetahuan. Sering juga kita mendengarkan para dosen mengatakan bahwa tidak lebih dari 30% saja materi yang dapat kia terima dan pelajari dalam kelas, sedangkan yang 70% harus kita cari diluar bangku perkuliahan, salah satunya ialah dengan mengikuti serta aktif dalam berorganisasi.
Masalah tersebut diatas memberikan suatu inspirasi kami untuk meneliti hal penunjang yang bersifat eksternal dari usaha paling mayoritas yang dipilih oleh sebagaian mahasiswa, yaitu dengan mengikuti organisasi eksternal kampus maupun internal kampus. Mengingat intelektualitas dan wawasan mahasiswa dewasa yang menurun karena pengaruh lingkungan yang hedonisme, mungkin saja dengan peran organisasi kampus dapat menetralisir pengaruh-pengaruh tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, peneliti ingin memberikan beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana indeks prestasi mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya sebelum dan setelah mengikuti organisasi?
2. Bagaimana komitmen mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya sebagai insan akademis dan sekaligus sebagai organisator?
 

C.    Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian tentunya peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai diantaranya :
1.      Untuk mengetahui  pengaruh keikutsertaan dalam organisasi terhadap nilai indeks prestasi mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
2.      Mengetahui kemampuan mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi.

D.    Objek Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengambil sasaran atau obyek penelitian adalah mahasiswa yang ada di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Yang mana data dari objek itu akan mampu menjawab permasalahan dalam penelitian.

E.     Definisi Operasional
Pengaruh (Impact) adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya. Kompetensi ini menekankan pada keinginan untuk mempengaruhi atau menimbulkan dampak pada orang lain.
Keikutsertaan adalah turut serta dalam segala hal kegiatan, utamanya mengikuti kegiatan organisasi. Hal yang diikuti bisa berupa hal yang positif ataupun negatif. Yang mana dari keikutsertaan dalam kegiatan - kegiatan tersebut menghasilkan suatu dampak atau pengaruh.
Organisasi adalah suatu pola hubungan - hubungan yang melalui mana orang - orang dibawah pengarahan manager mengejar tujuan bersama. Dan organisasi yang kami maksudkan dalam penelitian kami adalah organisasi eksternal dan internal yang ada di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.  
Nilai Indeks Prestasi adalah tingkat keberhasilan studi yang dicapai oleh mahasiswa dari semua kegiatan akademik yang diikuti mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam jangka tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk bilangan. Indeks Prestasi terdiri atas 2 macam, yaitu Indeks Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu atau belajar diperguruan tinggi. Adapun lebih spesifiknya lagi, mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas dakwah yang mengikuti atau aktif dalam organisasi.
Fakultas Dakwah ialah fakultas ilmu sosial yang berada didalam sebuah institusi pendidikan, yaitu IAIN Suanan Ampel Surabaya. Ilmu-ilmu sosial yang ada dalam fakultas dakwah tersebut antara lain adalah prodi sosiologi, psikologi, komunikasi,jurusan KPI, BKI, PMI,dan manejemen dakwah.

F.     Sitematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan ini mencakup sub-sub bahasan yaitu tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, objek penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan, kerangka teoritik, metode penelitian dan yang terakhir adalah kuisioner.
BAB II: DESKRIPSI LOKASI
Deskripsi lokasi disini mencakup hal sebagai berikut:
1.      Kondisi lokasi
2.      Kondisi mahasiswa
3.      Kondisi sosial fakultas dakwah
BAB III: PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan disini yang tercakup didalamnya adalah penyajian data dan analisis data, yaitu menjelaskan perolehan data yang diterima dari lapangan oleh peneliti dan menjelaskan pada gambaran penelitian yang ada di lapangan dan dianalisis.
BAB IV: PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari kesimpulan, saran, kritik dan daftar pustaka.
G.    Kerangka Teoritik
Dalam penelitian kali ini kerangka teoritik digunakan oleh peneliti sebagai analisis data yang didapatkan dilapangan dengan menggunakan teori-teori sosial yang ada. Dalam permalahan kali ini peneliti menyusun kerangka teoritik menggunakan teori fungsionalisme struktural. Yang mana teori ini menganalogikan bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain, seperti halnya apa yang menjadi fungsi baik dalam mahasiswa. Dalam organisasi ini mahasiswa mencoba untuk mencari pengalaman baru serta ilmu – ilmu baru yang bermanfaat melalui kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi yang mana diharapkan dapat menunjang nilai indeks prestasi mahasiswa itu sendiri.
Meskipun terkadang ada sebagian orang yang berasumsi bahwa organisasi mengganggu perkuliahan. Akan tetapi semua itu kembali lagi dalam diri individu mahasiswa  itu sendiri bagaimana ia mengikutsertakan organisasi itu dengan baik tanpa adanya kesimpangsiuran antara organisasi dengan perkuliahan itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Robert K. Merton bahwasanya sering terjadi percampuradukkan antara motif subyek dengan pengertian fungsi. Fungsi sendiri adalah akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi adalah penyesuaian dalam suatu sistem. Sedangkan akibat yang tidak sesuai dengan dalam suatu sistem dalam konsep ini bagi Merton disebut dengan sebutan disfungsi[1].
Sekalipun disfungsi, ketegangan - ketegangan dan penyimpangan - penyimpangan senantiasa terjadi juga dalam berorganisasi. Akan tetapi dalam jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui proses institusionalisasi. Dengan kata lain, sekalipun integrasi sosial pada tingkat yang sempurna tidak pernah akan tercapai. Akan tetapi sistem sosial senantiasa berproses kearah itu.

H.    Metode Penelitian
      Metodologi adalah suatu proses, prinsip, dan prosedur, yang kita gunakan untuk mendekati problem dalam pencarian jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum yang digunakan untuk mengkaji topik penelitian.[2]
Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
 Jenis penelitian ini adalah survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.[3]
1.      Pendekatan Dalam Penelitian
Pendekatan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan dalam paradigma fakta sosial terutama teori Fungsionalisme Struktural. Yang dimaksud disini adalah untuk mengetahui
2.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.[4]
3.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dikarenakan menarik diteliti, karena belum pernah diteliti, dan dengan pertimbangan bahwa ditempat tersebut memiliki kondisi yang diharapkan dari peneliti untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.

I.       Kuisioner
Nam                                         :
Jurusan                                    :
Semester                                  :
Organisasi yang diikuti           :

1.    Adakah organisasi intra maupun ekstra di kampus anda?
a.            Ada                                         b. tidak tahu                            c. tidak ada
2.    Apakah anda aktif dalam mengikuti organisasi tersebut?
a.            Ya                                           b. kadang-kadang                   c. tidak
3.    Sejak kapan anda mengikuti organisasi?
a.            Semester 1                               b. semester 3                           c. semester 3 keatas
4.    Dapatkah anda membagi waktu antara kuliah dengan organisasi?
a.            Ya                                           b. kadang-kadang                   c. tidak bisa
5.    Faktor apa yang mendorong anda mengikuti organisasi tersebut?
a.            Kesadaran diri             b. ajakan teman                       c. dianggap eksis
6.    Apakah organisasi yang anda ikuti memiliki tujuan yang jelas?
a.            Ya                                           b. tidak tahu                            c. tidak
7.    Kegiatan apa saja yang sering dilakukan organisasi tersebut?
a.            Kajian/diskusi seminar            b. tidak tahu                            c. tidak ada
8.    Apakah organisasi anda selalu mengadakan kegiatan kajian atau diskusi?
a.            Ya                                           b. kadang-kadang                   c. tidak
9.    Berapa kali dalam seminggu organisasi anda mengadakan kegiatan kajian atau diskusi?
a.            Seminggu sekali                      b. tidak tahu                            c. tidak ada
10.    Apakah anda mendapatkan banyak manfaat dari mengikuti organisasi tersebut?
a.            Ya                                           b. kadang-kadang                   c. tidak
11.    Apakah anda mendapat pengetahuan baru dari organisasi yang anda ikuti?
a.            Ya                                           b. kadang-kadang                   c. tidak
12.    Apakah organisasi yang anda ikuti menunjang kuliah anda?
a.            Ya                                           b. kadang-kadang                   c. tidak
13.    Adakah pengaruh organisasi tersebut dengan nilai indeks prestasi anda?
a.            Ada                                         b. sama saja                             c. tidak ada
14.    Berapa nilai indeks prestasi anda sebelum mengikuti organisasi tersebut?
a.            3,00 keatas                              b. 1,75 - 2,90                           c. 0 - 1,60
15.    Berapa nilai indeks prestasi anda setelah mengikuti organisasi tersebut?
a.          3,00 keatas                              b. 1,75 - 2,90                           c. 0 - 1,7




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kondisi  Lokasi
Fakulas dakwah adalah sebuah fakultas ilmu sosial yang didalamnya erdapat beberapa jurusan dan program study. Fakultas dakwah tergabung dalam sebuah institut, yaitu institut agama islam ngeri sunan ampel Surabaya ( IAIN supel ). Fakultas dakwah terdiri atas dua gendung, yaitu gedung A berada disisi kanan dan gedung B berada di sisi kiri, fakultas dakwah teterletak pada sisi belakang daripada intitut tersebut, bersandingan dengan fakutas adab dan fakultas tarbiyah. Fakultas dakwah ini berada di wilayah desa jemursari, kecamatan wonocolo, Surabaya. Desa jemursai kecamatan wonocolo merupakan wilayah Surabaya selatan. IAIN sunan ampel berada di jalan A.Yani nomor 117, kemudian adapun batas-batas dari dari wilah kelurahan wonocolo adalah sebagi berikut:
       a. Sebelah Utara : Kelurahan Margorejo
       b. Sebelah Selatan : Kelurahan Siwalan Kerto
       c. Sebelah Barat : Kelurahan Ketintang
d. Sebelah Timur : Kelurahan Gedang Sari.

B.     Kondisi Mahasiswa
KPI
SEMESTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
32
23
19
25
3
3
2
-
P
34
29
32
17
-
1
-
-
JUMLAH
66
52
51
42
3
4
2
-
JUMLAH KESELURUHAN:220


PMI
SEMERTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
15
15
16
11
5
-
4
-
P
20
17
10
13
-
1
-
-
JUMLAH
35
32
26
24
5
1
4
-









JUMLAH KESELURUHAN:127

BPI
SEMESTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
15
13
13
10
2
2
-
-
P
49
35
26
12
2
1
2
-
JUMLAH
64
48
39
22
4
3
2
-
JUMLAH KESELURUHAN:182
MD
SEMESTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
40
15
22
16
3
2
1
-
P
44
22
27
23
1
-
-
-
JUMLAH
84
37
49
39
4
2
1
-
JUMLAH KESELURUHAN:219
SOSIOLOGI
SEMESTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
49
23
26
9
5
3
1
-
P
36
37
21
16
3
-
-
-
JUMLAH
85
60
47
25
8
3
1
-
JUMLAH KESELERUHAN:229
KOMUNIKASI
SEMESTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
59
78
62
33
15
-
2
-
P
72
52
91
53
3
-
1
-
JUMLAH
131
130
153
86
18
-
3
-
JUMLAH KESELURUHAN:521
PSIKOLOGI
SEMESTER
1
3
5
7
9
11
13
15
LK
46
49
46
13
11
1
1
-
P
79
90
119
67
16
3
2
-
JUMLAH
125
139
165
80
27
4
3
-
JUMLAH KESELURUHAN:543
Dari berbagai jurusan fakultas dakwah tersebut, maka dapat kita jumlahkan sebagai berikut:
1.      Jurusan KPI                220
2.      Jurusan PMI                127
3.      Jurusan BPI                 182
4.      Jurusan MD                 219
5.      Prodi Sosiolog             229
6.      Prodi Komunikasi       521
7.      Prodi Psikologi            543
Dari prodi prodi tersebut, setelah dijumlahkan bahwasanya mahasiswa fakultas dakwah periode 2010-2011 berjumlah 2060 mahasiswa.
C.     Kondisi Sosisal Fakultas Dakwah
Fakultas dakwah adalah salah satu fakultas favorit di IAIN sunan ampel surabaya, mahasiswa fakultas dakwah itu sendiri bersifat heterogen, karena mereka berangkat dari latar belakan sosial yang berbeda-beda. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa fakultas dakwah bukan hanya berasal dari kota surabaya itu sendiri, akan tetapi mereka banyak yang berasal dari luar kota atau bahkan banyak yang berasal dari luar pulau.



      
      






BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Hasil Penelitian 
            Dalam penelitian kami yang berjudul “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya, kami menggunakan Paradigma  Fakta Sosial yang diperkenalkan oleh Emile Durkheim. Yang mana Paradigma Fakta Sosial ini memusatkan perhatiannya kepada fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial yang menjadi pusat perhatian sosiologi terdiri atas dua tipe yaitu struktur sosial dan pranata sosial. Menurut teori fungsional struktural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam suatu sistem sosial yang berdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Sifat dasar serta antar hubungan dari fakta sosial inilah yang menjadi sasaran penelitian sosiologi menurut paradigma fakta sosial.
            Dalam Penelitian ini kami memusatkan perhatian kami pada Teori Fungsional Struktural. Tokoh utama dalam Teori ini adalah K.Merton. Yang mengembangkan konsep fungsi dan disfungsi. Menurutnya, struktur sosial dan pranata yang ada fungsional terhadap fakta sosial yang lainnya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya jika tidak fungsional, maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya.
            Lalu konsep disfungsi, konsep disfungsi ini sangat berkaitan erat dengan masalah sosial dan perubahan sosial. Akibat dari adanya konsep disfungsi dapat mengurangi kemampuan beradaptasi dari sistem itu sendiri dan akhirnya membuat ketegangan dan kekacauan dalam sistem itu. Kemudian secara disadari atau tidak, maka sistem itu akan mengalami sebuah perubahan stuktural (perubahan sosial). Berdirinya struktur-struktur yang baru ini akan menghasilkan akibat-akibat baru dan kemudian begitu seterusnya. Arti dari disfungsi yang sebenarnya adalah kelonggaran atas sebuah perubahan dalam suatu sistem yang bersifat fungsional ataupun non-fungsional.
            Untuk membuktikan apakah memang benar setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap fakta sosial yang lainnya marilah kita lihat tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Keberadaan Organisasi Intra Maupun Ekstra di Kampus
No
Keberadaan organisasi intra maupun ekstra
Frekwensi
%
1
1
1
1
2
2
0
0
3
3
99
99
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun 2011



Tabel 1.2
Keaktifan Mengikuti Organisasi
No
Keaktifan dalam organisasi
Frekwensi
%
1
1
4
4
2
2
32
32
3
3
64
64
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun 2011

            Berdasarkan tabel-tabel diatas menunjukkan bahwa keberadaan organisasi intra maupun ekstra di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya 64 %  mempengaruhi keaktifan mahasiswa dalam mengikuti organisasi (Lihat tabel 1.3). Hal tersebut dapat kita lihat dengan sejak kapan mahasiswa terlibat dan aktif  dalam organisasi. Menurut tabel 1.3 dibawah ini, 86 % mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel mengikuti organisasi sejak semester satu.


Tabel 1.3
Waktu Mengikuti Organisasi
No
Waktu mengikuti organisasi
Frekwensi
%
1
1
4
4
2
2
10
10
3
3
86
86
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun  2011

            Tentunya keaktifan mahasiswa dalam mengikuti organisasi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kesadaran pribadi, kejelasan tujuan dalam organisasi tersebut, kegiatan – kegiatan yang diadakan organisasi tersebut, serta adanya manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan organisasi tersebut. Kegiatan kajian yang biasa diadakan setiap seminggu sekali oleh organisasi – organisasi yang ada di IAIN Sunan Ampel Surabaya menurut mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya 79 %  memberikan manfaat berupa dengan bertambahnya pengetahuan baru (Lihat tabel 1.4).
Tabel 1.4
Adanya Manfaat Dalam Mengikuti Organisasi
No
Adanya manfaat dlm mengikuti organisasi
Frekwensi
%
1
1
0
0
2
2
21
21
3
3
79
79
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun  2011
            Manfaat-manfaat yang berupa pengetahuan baru itupun 61 % dianggap menunjang perkuliahan mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya (Lihat tabel 1.5). Terkadang ada sebagaian orang yang berasumsi bahwa organisasi dapat mengganggu perkuliahan. Organisasi dianggap akan membuyarkan konsentrasi belajar karena ketidakmmpun dalam membagi waktu. Akan tetapi asumsi tersebut dapat dipatahkan oleh hasil penelitian kami. Karena 61 % Mahasiswi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dapat membagi waktu antara kuliah dengan organisasi dengan baik (Lihat tabel 1.6). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semua itu kembali lagi dalam diri individu mahasiswa itu sendiri bagaimana ia mengikutsertakan organisasi itu dengan baik tanpa adanya kesimpangsiuran antara organisasi dengan perkuliahan itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Robert K. Merton bahwasanya sering terjadi percampuradukkan antara motif subyek dengan pengertian fungsi.
Tabel 1.5
Organisasi Menunjang Perkuliahan
No
Organisasi menunjang kuliah
Frekwensi
%
1
1
8
8
2
2
31
31
3
3
61
61
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun  2011
Tabel 1.6
Pembagian Waktu Antara Kuliah dan Organisasi
No
Pembagian waktu antara kuliah dan organisasi
Frekwensi
%
1
1
6
6
2
2
33
33
3
3
61
61
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun  2011
            Selain kemampuan mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi, asumsi tersebut juga dipatahkan dengan pencapaian nilai Indeks Prestasi yang diperoleh. Berdasarkan data angket yang diperoleh dari hasil penelitian kami 77 % menyatakan bahwa nilai Indeks Prestasi mereka meningkat setelah mengikuti organisasi tersebut (Lihat tabel 1.7).



Tabel 1.7
Nilai Indeks Prestasi Sesudah Mengkuti Organisasi
No
Nilai IP sesudah mengikuti organisasi
Frekwensi
%
1
1
2
2
2
2
21
21
3
3
77
77
Sumber : Data angket penelitian “Pengaruh Keikutsertaan Dalam Organisasi Terhadap Nilai Indeks Prestasi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya” pada tahun  2011    


BAB IV
KESIMPULAN
A.      Simpulan
            Dari penelitian yang telah kami laksanakan secar seksama,telah kami peroleh data-data sebagaimana terlampir diatas,dari data-data tersebut kmi telah melakukan analisa-analisa sebagai berikut:
             Di fakultas dakwah IAIN Suanan Ampel Surabaya 99% Mahasiswa fakultas dakwah cukup mengetahui keberadaan-keberadaan daripada organisasi intra kampus maupun ekstra kampus yang ada di institut ini, dari hal tersebut mka dapt dilihat bahwa ternyata mahasiswa tidak buta informasi.
               Kemudian mahasiswa fakultas dakwah yang aktif dalam organisasi intra maupun ekstra menduduki prosentase 64% itu berarti mahasiswa fakultas dakwah mempunyai semangat berorganisasi yang lumayan tinggi yang menginggat banyaknya mahasiswa yang terpengaruh pada dunia hedonism,yang telah menjamur dewasa ini. Dengan diketahuinya prosentase keaktifan yang lumayan tinggi tresebut dapat kita simpulkan  bahwa ternyata mahasiswa fakultas dakwah dilihat dari makna-makna subyektif mereka,bahwa mereka memandang organisasi adalah suatu hal yang dianggap fungsional sehingga mereka merasa perlu berpartisipasi didalamnya. Namun dilihat dari keaktifan mahasiswa fakultas dakwah tersebut yang lebih dari sebagian besar jumlah mahasiswa, ternyata manfaat yang dirasakan mahasiswa lebih tinggi, yaitu prosentse dari manfat tersebut mencapai 70%. Adapun yang dirasakan mahasiswa tersebut menurut observasi kami, berbeda-beda, bisa dalam pertemanan, mereka dapat lebih luas relasi mereka,ataupun pada meningkatnya kulitas intelektualitas mereka. Hal yang menjadi bukti riil bahwasanya kualitas intelektual mahasiswa meningkat ketika mengikuti organisasi tersebut. Adalah dengan diperolehkannya data yang telah kami olah yaitu 77% dari mahasiswa mengalami peningkatan indeks prestasi setelah mengikuti suatu organisasi.
Kemudian dalam  konteks tugas mahasiswa sebagai insan akademis dan tugas mahasiswa sebagai organisatoris. Dimana jika kita lihat pada fenomena yang ada, ada seorang organisator yang cenderung mengabaikan proses belajarnya dibangku kuliah demi tugas dan komitmen pada organisasi, padahal kuliah pada dasarnya adalah sebagai tujuan dan kewajiban utama mahasiswa.
Dalam fenomena tersebut jelas sekali ada sebagian mahasiswa yang terbukti tidak bisa memegang komitmennya sebagai insan akademis karena terbengkalai oleh masalah organisasi, hal tersebut terjadi karena sebagian mahasiswa tersebut tidak bisa mengatur waktu antara kuliah dan organisasi. Akan tetapi dari hasil penelitian yang telah kami laksanakan secara seksama, tenyata 61% mahasiswa fakultas dakwah yang mengikuti organisasi mampu membagi waktu antara kewajiban kuliah mereka dengan keikutsertaanya dalam organisasi. Hal itu semua dapat menjadi suatu bukti bahwa mahasiswa fakultas dakwah masih berkomitmen terhadap proses perkuliahan mereka meskipun disibukkan oleh persoalan-persoalan organisasi. Jika dikaitkan dengan teori fungsional struktural, dalam keikutsertaan mahasiswa dalam berbagai organisasi ternyata tidak menyebabkan disfungsi pada perkuliahan mahasiswa.
B.       Saran dan kritik
       Hal yang dapat kita ambil dari penelitian ini adalah bahwasannya asumsi kebanyakan mahasiswa yang menganggap bahwa organisasi merupakan suatu ancaman terhadap proses perkuliahan, hal tersebut tidak benar. Oleh karena itu berdasarkan dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hikmah yang telah kami tarik intisarinya sekiranya dapat menjadi saran bagi kita semua. Di antaranya ialah sebagai berikut:
1.      Manfaatkan segala fasilitas yang bisa menunjang proses pembelajaran kita didunia kampus.
2.      Jangan anggap organisasi sebagai penghalang, jadikanlah organisasi yang ada sebagai tantangan untuk proses perkembangan kita.
3.      Ikutilah semampu kita organisasi yang kita minati
4.      Buktikanlah prestasi anda dikelas sebelum dan sesudah mengikuti suatu organisasi
5.      Kuliah adalah tugas utama setiap mahasiswa, jangan sekali-kali megabaikannya demi kepentingan yang tidak sepadan.
C.       Kritik
Dari penelitian tersebut, terjadi hal yang bertolak belakang dari anggapan-anggapan umum yang memang telah menjadi dilema dalam dunia kampus. Hal tersebut adalah alasan seseorang enggan mengikuti organisasi karena tidak bisa membagi waktu, padahal dari hasil penelitian kami, 61% mahasiswa mampu membagi waktu dalam menjalankan kedua-nya yaitu kuliah dan kegiatan organisasi.
Jika kita cermati lebih lanjut, hal tersebut dapat kita kalkulasi, yaitu dalam satu hari satu malam kita mempunyai waktu 24 jam, yang dapat dibagi menjadi berikut:
         6 jam untuk proses perkuliahan dikampus
         Sedangkan 6 jam selanjutnya merupakan waktu free
         Sisanya 12 jam selanjunya untuk keperluan belajar istirahat dan lain-lain
Dari hal tersebut sekiranya yang 6 jam free tersebut kita gunakan untuk berorganisasi, 6 jam adalah waktu yang lebih dari cukup dalam 1 hari. Namun sayangnya beberapa asumsi-asumsi telah menimbulkan ketakutan dan kemalasan bagi sebagian mahasiswa untuk berpartisipasi dalam suatu organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1991.
Mulyana, Dedy. Metodolog Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remaja Rosda karya, 2002.
Ritzer, George. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta:Rajawali         Pers, 2009.
Partanto, A pius, dan Al-Barry M dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 2001.


[1] George Ritzer, Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda,, (Jakarta:Rajawali Pers,2009),hal.22.
[2] Dedy Mulyana, Metodolog Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remaja Rosda karya, 2002, cet.2), h.145.
[3] Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei,  (Jakarta : LP3ES, 1991), hal.3
[4] ibid